Ruang lingkup Iman mencakup tiga
aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan
segenap laku perbuatan. Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati,
seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia
dalam arti kebudayaan dan peradaban. Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah
bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan
pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin
ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim
dsb.
Kita simpulkan menjadi pandangan
hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku
perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.
Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup itu meliputi seluruh tempat dan waktu, artinya di manapun dan kapan pun berada serta dalam kondisi apapun seorang hamba berkewajiban untuk bertaqwa.
Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup itu meliputi seluruh tempat dan waktu, artinya di manapun dan kapan pun berada serta dalam kondisi apapun seorang hamba berkewajiban untuk bertaqwa.
Seseorang
akan disebut bertaqwa jika melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba
tersebut dan itu merupakan cirri dari manusia yang bertaqwa. Manusia bisa
dikatakan bertaqwa jika melakukan rukun Iman dan Islam, menepati janji, jujur
kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga amanah. Dia mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa adalah sosok yang tidak
pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama, berlaku adil di waktu marah dan
ridha, bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah. Manusia taqwa adalah manusia
yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam kesempitan dan penderitaan,
beramar ma’ruf dan bernahi munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang yang
suka mencela, menjauhi syubhat, mampu meredam hawa nafsu yang menggelincirkan
dari shiratal mustaqim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar