Minggu, 21 Juli 2013

Kamu (tak) Tahu



Kamu tahu?

Ketika semua orang mengatakan kejelekanmu, hati ini mulai goyah. Takut, seakan semua itu benar. Saat itu juga hati ini mengelak karna suatu keyakinan. Kamu tahu? Keyakinan bahwa kamu terbaik. Ya, terbaik untuk seorang perempuan yang penuh kekurangan sepertiku. Bersabar, bertahan itu yang selalu aku lakukan agar hubungan ini tetap baik.

Ketika apa yang kamu lakukan sedikit bisa menghapus rasa curiga terhadapmu, hati ini sangat senang. Ya, sangat senang sekali. Aku bahagia bersamamu. Sangat bahagia. Saat ini.

Dulu. Perkenalan yang terlalu singkat membuatku tak tau seluruh sifatmu. Aku hanya dengar dari mereka. Sahabatku, temanku, temanmu pula. Aku benar-benar tak tahu ketika itu kamu sudah dekat dengan teman perempuanmu, teman jauhku. Bahkan begitu dekat. Kata mereka, sahabatmu.

Benar-benar tak enak hati rasanya. Seperti memisahkan kalian, tapi aku benar-benar tak tahu. Aku tahu itu semua setelah kita berpacaran.  Maafkan aku teman.

Kamu bilang dia tak mau denganmu. Apa itu benar? Apa itu berarti aku hanya menjadi pelarianmu saja? Semoga tidak.

Begitu cepat memang kita berteman. Hanya dua minggu. Ya, begitu cepat dan kita berpacaran. Begitu cepat pula aku menyayangimu. Tak hanya menyayangimu tapi aku sangat menyayangimu hingga saat ini. Saat aku memulai menulis cerita kita. Kau dan aku.

Kamu ingat ketika kekasihmu dulu mulai mengusik kita? Apa kamu tahu seberapa sabar hatiku menghadapi semua ini? Kamu tak akan pernah tahu karna sabar yang aku berikan tak bisa dihitung. Tak apa, aku akan bertahan untukmu. Untuk orang yang sangat aku sayang.

Mungkin dia masih terlalu menyayangimu hingga dia tak rela kamu denganku, dengan perempuan yang lebih banyak kekurangannya daripada dia. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang sampai saat ini masih memberiku kekuatan untuk bertahan. Mempertahankan “kita”. Terima kasih Tuhan.

Apa kamu juga masih ingat ketika aku memberimu semangat untuk terus berusaha dalam mengejar cita-citamu? Yang sebenarnya juga cita-citaku. Bersekolah disalah satu Universitas terbaik di Indonesia, di Bogor. Cita-cita yang dihancurkan oleh kekasihmu dulu. Ya, dia yang menghancurkannya. Ahh, kamu tahu bagaimana perasaanku ketika itu? Ketika melihat hasil tes kala itu, semuanya hancur. Betapa tidak. Dia yang tak sengaja kamu bawa masuk dalam hubungan kita menghancurkan impianku. Cita-citaku.

Semua yang terjadi aku jadikan sebuah kekuatan. Sebuah benteng untuk menghadapi masa depan. Masa depan yang ingin aku tempuh bersamamu. Semoga ini tak hanya menjadi doa dan keinginanku saja. Semoga.

Kamu mulai lagi mengejar cita-citamu untuk bersekolah disana. Ingin sekali mengikutimu kesana, tapi aku tak bisa. Aku tak punya kesempatan lagi untuk menyusulmu. Aku hanya bisa berdoa dan memberimu semangat agar cita-citamu tercapai. Semoga kamu masih ingat dengan kebaikan yang aku lakukan selama ini untukmu dan untuk hubungan ini. Dan semoga kamu mau membalas semua kebaikan itu. Egois, memberi bantuan tapi mengharapkan imbalan. Ya, aku memang egois. Aku memang sangat berharap kamu mau membalasnya. Maafkan aku.

Setelah kamu diterima disana, jarak akan semakin mengembang tapi semoga cinta kita juga akan semakin kuat. Cinta kita, bukan hanya cintaku atau cintamu saja.

Terima kasih telah membuatku menjadi perempuan yang semakin kuat. Membuatku menjadi lebih baik. Aku benar-benar merasakan cinta yang berbeda. Cinta darimu, dari seorang laki-laki yang sangat aku sayangi.

Dari setiap doa yang aku tuliskan dalam guratan kisah ini semoga menjadi kenyataan. Semoga Tuhan mendengarnya dan mengabulkannya.

Aku masih sangat ingin merasakan cintamu. Aku yakin tak ada yang lebih sabar menghadapimu kecuali ibumu dan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar