Kamu tahu?
Ketika semua orang
mengatakan kejelekanmu, hati ini mulai goyah. Takut, seakan semua itu benar.
Saat itu juga hati ini mengelak karna suatu keyakinan. Kamu tahu? Keyakinan
bahwa kamu terbaik. Ya, terbaik untuk seorang perempuan yang penuh kekurangan
sepertiku. Bersabar, bertahan itu yang selalu aku lakukan agar hubungan ini
tetap baik.
Ketika apa yang kamu lakukan
sedikit bisa menghapus rasa curiga terhadapmu, hati ini sangat senang. Ya,
sangat senang sekali. Aku bahagia bersamamu. Sangat bahagia. Saat ini.
Dulu. Perkenalan yang terlalu
singkat membuatku tak tau seluruh sifatmu. Aku hanya dengar dari mereka.
Sahabatku, temanku, temanmu pula. Aku benar-benar tak tahu ketika itu kamu
sudah dekat dengan teman perempuanmu, teman jauhku. Bahkan begitu dekat. Kata
mereka, sahabatmu.
Benar-benar tak enak hati
rasanya. Seperti memisahkan kalian, tapi aku benar-benar tak tahu. Aku tahu itu
semua setelah kita berpacaran. Maafkan
aku teman.
Kamu bilang dia tak mau denganmu.
Apa itu benar? Apa itu berarti aku hanya menjadi pelarianmu saja? Semoga tidak.
Begitu cepat memang kita
berteman. Hanya dua minggu. Ya, begitu cepat dan kita berpacaran.
Begitu cepat pula aku menyayangimu. Tak hanya menyayangimu tapi aku sangat
menyayangimu hingga saat ini. Saat aku memulai menulis cerita kita. Kau dan
aku.
Kamu ingat ketika kekasihmu dulu
mulai mengusik kita? Apa kamu tahu seberapa sabar hatiku menghadapi semua ini? Kamu
tak akan pernah tahu karna sabar yang aku berikan tak bisa dihitung. Tak apa,
aku akan bertahan untukmu. Untuk orang yang sangat aku sayang.
Mungkin dia masih terlalu
menyayangimu hingga dia tak rela kamu denganku, dengan perempuan yang lebih
banyak kekurangannya daripada dia. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang
sampai saat ini masih memberiku kekuatan untuk bertahan. Mempertahankan “kita”.
Terima kasih Tuhan.
Apa kamu juga masih ingat ketika
aku memberimu semangat untuk terus berusaha dalam mengejar cita-citamu? Yang
sebenarnya juga cita-citaku. Bersekolah disalah satu Universitas terbaik di
Indonesia, di Bogor. Cita-cita yang dihancurkan oleh kekasihmu dulu. Ya, dia
yang menghancurkannya. Ahh, kamu tahu bagaimana perasaanku ketika itu? Ketika melihat
hasil tes kala itu, semuanya hancur. Betapa tidak. Dia yang tak sengaja kamu
bawa masuk dalam hubungan kita menghancurkan impianku. Cita-citaku.
Semua yang terjadi aku jadikan
sebuah kekuatan. Sebuah benteng untuk menghadapi masa depan. Masa depan yang
ingin aku tempuh bersamamu. Semoga ini tak hanya menjadi doa dan keinginanku
saja. Semoga.
Kamu mulai lagi mengejar
cita-citamu untuk bersekolah disana. Ingin sekali mengikutimu kesana, tapi aku
tak bisa. Aku tak punya kesempatan lagi untuk menyusulmu. Aku hanya bisa berdoa
dan memberimu semangat agar cita-citamu tercapai. Semoga kamu masih ingat
dengan kebaikan yang aku lakukan selama ini untukmu dan untuk hubungan ini. Dan
semoga kamu mau membalas semua kebaikan itu. Egois, memberi bantuan tapi
mengharapkan imbalan. Ya, aku memang egois. Aku memang sangat berharap kamu mau
membalasnya. Maafkan aku.
Setelah kamu diterima disana,
jarak akan semakin mengembang tapi semoga cinta kita juga akan semakin kuat.
Cinta kita, bukan hanya cintaku atau cintamu saja.
Terima kasih telah membuatku
menjadi perempuan yang semakin kuat. Membuatku menjadi lebih baik. Aku
benar-benar merasakan cinta yang berbeda. Cinta darimu, dari seorang laki-laki
yang sangat aku sayangi.
Dari setiap doa yang aku tuliskan
dalam guratan kisah ini semoga menjadi kenyataan. Semoga Tuhan mendengarnya dan
mengabulkannya.
Aku masih sangat ingin merasakan
cintamu. Aku yakin tak ada yang lebih sabar menghadapimu kecuali ibumu dan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar